Masjid Suada Wasah Hilir yang terletak di Desa Wasah Hilir Kec.Simpur Kab. HSS sekarang ini sudah berusia lebih dari ratu abad berdasarkan kalender hijriah. Meskipun demikian mesjid ini tidak berubah dan tetap seperti dulu dengan gaya klasik dan tidak terpengaruh oleh desain modern seperti mesjid-mesjid lainnya. Mesjid ini mulai dibangun pada tahun 1908 Masehi yang bertepatan dengan tanggal 28 Zulhijjah 1328 Hijriah.
Pelopor pembangunan mesjid ini adalah dua orang ulama, dan juru da'wah buyut dan intah dari Al-Allimul Allamah Syeikh Muhammmad Arsyad Al-Banjari yang bernama Al-Allamah Syeikh H.Abbas dan Al- Allamah Syeikh H.Muhammad Said. Mesjid ini berdiri di atas tanah waqaf seluas 1047,25 m2, wakaf dari Mirun bin Udin dan Asmaill bin Abdullah.
Bangunan mesjid ini berbentuk segi empat, bertingkat tiga yang memiliki loteng menutup gawang atap puncak. Tongkat-tongkat ulin sebagai penyangga bangunan panggung tanpa jendela. Pintu-pintu tanpa ventilasi udara, menjulang tinggi sejumlah 21 buah yang diatasnya terletak tulisan kaligrafi yang begitu indah. Masing-masing tingkat memiliki makna sesuai ajaran Islam; Tingkat pertama syariat, tingkat kedua tarikat, dan ketiga hakikat, loteng yang menutupi gawang di bawah atap puncak bermakna ma'rifat.
Petala juga sangat unik, puncaknya yang bulat sempurna berkilauan dihiasi cabang-cabang pohon yang berbunga dan berbuah. Petala ini merupakan sebagai lambang kesempurnaan ma'rifah.
Pesona mesjid ini bukan hanya terletak pada gaya bangunannya, tetapi juga pada kisah dibalik pembangunannya yang dipercaya penuh dengan kekeramatan yang dihubungkan dengan kedua pelopor pembangunan mesjid ini. Pada waktu pengangkutan bahan-bahan bangunan mesjid tersebut di tengah jalan antara Kalumpang dan Negara, rombongan Al-Allamah Syeikh H. Muhammad Said ribut karena pada waktu beliau menyuruh menanak nasi, ikan telah habis. Lalu kata beliau "teruskan saja menanak nasi, mengenai ikan jangan dipikirkan ". Kemudian tanpa disangka-sangka melompatlah seekor ikan besar ke dalam perahu, hingga cukup dimakan oleh rombongan itu. Menakjubkan lagi ketika memasang tiang induk mesjid ternyata salah satu tiangnya setelah diukur tidak cukup panjangnya meskipun sudah disambung. Tukangpun menjadi bingung karena kehabisan bahan untuk menyambung. Kemudian Al-Allamah Syeikh H. Muhammad Said berkata "kalau untuk penyambung tidak ada maka biarkan saja tiang itu sampai besok". Keesokan harinya tiang itu setelah diukur panjangnya menjadi cukup. Begitu pula ketika keempat tiang induk akan didirikan terlebih dahulu dikelilingi oleh Al Allamah Syeikh H. Abbas satu persatu kemudian dikomando oleh beliau didahului oleh ucapan shalawat lalu ditariklah tali pengikat tiang itu oleh seorang perempuan yang sedang hamil mandaring (hamil pertama) dan dibantu oleh 15 orang laki-laki. Belum selesai tali itu ditarik ternyata tiang itu sudah berdiri tegak.
Demikian pengantar yang bisa kami sampaikan dalam pestival Istiqlal 2007 di Jakarta. 7-13 Juni 2007. Semoga menjadi kenangan yang tak mungkin terlupakan. Amin... Amin ya Robbal Alamin.